Sunday, April 5, 2009

tanya

Puluhan tanya bergelayut matang di dahan ketidaktahuanku.
Menunggu tiba waktunya untuk terjatuh.

Di gelap malam yang terbiasa dingin.
Seketika angin menghembuskan nafas panjang.
Menghela kesesakkan yang selama ini terpelihara.

Tanya pun terhempas.
Apa adanya.
Meluncur.
Runtuh dari ujung rantingnya.
Memeluk diam.
Gagal mengambil ancang-ancang.
Lupa siap sedia.

Terjatuh di tebalnya rerumputan.
Lindungi tanya dari kelebaman yang menghantu.
Ternyata.
Menubruk bumi tak semenakutkan itu.
Justru hadir kelembutan.
Nyaman berlumur lega.
Tak perlu lagi bersusahpayah.
Menahan massa tubuh diatas sana.

3 comments:

blackblog said...

Gelap pun juga begitu..
kata-kata yang keluar darinya begitu menyeramkan
senyum yang membeku menambah degup gentar
membawa aroma dingin saat hendak menghampiri

Kutak memiliki ruang untuk berlari
di sudut ini lah kubenamkan diriku di dalamnya,
lagi..

Kutak bertenaga untuk meronta
dalam pasrah ini lah kuterhenti,
lagi..

Aku menemukanmu,
bergelayut nyaman di lengannya
bercengkrama dengan hangatnya
haruskah aku masih begini takut?

DM said...

Apakah itu berarti pasrah menyerah?

ay said...

@ Blackblog:
Usah takut..
Aku masih menantimu sama, bukan?
Tak perlu repot mencari ruang..
Pintu itu sudah terbuka di hadapmu..
Kau hanya tinggal masuk..
Dan mari bercengkrama..

@ Mniel:
Tidak..
Kadang melepaskan tanya terasa lebih melegakan ketimbang berkutat didalam ketidaktahuan dan segala praduga..
Toh akhirnya..
Kenyataan tidak selalu seburuk hasil yang terpikirkan.. :D