Friday, March 27, 2009

beri aku satu

Beri aku satu.

Dari tak hingga cinta yang menguasa.
Dari tak hingga rindu yang meminta.
Dari tak hingga ingin yang meronta.

Beri aku cukup satu.

Dirimu.

Wednesday, March 25, 2009

menyepi di keheningan

keenam butir Sadripu
segala macam nafsu
kekhilafan tak semu
serta kemunafikan yang memburu
hendaknya malu
pada keheningan yang kini bertamu

keluhuran yang sempat membeku
kesadaran yang tertidur lalu
ketulusan yang menuai palsu
serta ketaqwaan yang berangsur layu
hendaknya malu
pada keheningan yang kini mendayu

Wednesday, March 4, 2009

manakala di sisi

Manakala hati sedang terusik mesra.
Bersenandung cinta seirama.
Tergelitik oleh senyum penuh arti memuja.
Terundung kelebat kejap hadirmu yang berulang.
Menuai aroma.

Manakala hati sedang bermanja riang.
Terapung oleh kasih yang menggenang tenang.
Sejuk segar.
Tersapu sepoinya sentuh angin kerinduan.

Manakala aku diam.
Nyaman dalam pelukmu.

Sunday, March 1, 2009

hening hati

Hari gelap. Mendung. Dan tak lama turunlah hujan yang terlihat gembira bisa bertemu dengan sahabat lamanya di bumi. Mereka terdengar asyik bercengkrama. Menimbulkan bebunyian yang meramaikan sepinya suasana di kamar ini. Ruang yang luasnya biasa-biasa saja namun beberapa waktu belakangan terasa sepuluh kali lipat lebih lebar.
Juga kosong.

Kemanakah semua keributan itu?
Semua suara-suara yang kerap hadir menyerbu.
Semua pertanyaan-pertanyaan yang itu melulu.
Semua cemburu.
Semua resah yang melanda jiwa.
Semua ragu tentangmu.

Mendadak semuanya beringsut pergi.
Walau tak sekalipun pernah aku usik keberadaannya.
Tinggallah bisu ruangan ini.
Meski tak bicara, tetap mengerti apa yang terasa di dalam sini.
Melompong. Tiada suatu apa.
Jangan pula kau tanya tentang cinta.
Duka lara yang sempat tergores pun seakan terpendam pudar.
Membiarkan ruang ini tersisa hanya udara.

Yang berputar hampa.
Yang terlihat maya.
Yang membuai nelangsa.

Tidak perlu kau tanyakan mengapa.
Biarkan kedamaian ini mencipta sunyi.
Juga hening yang mendamaikan jiwa yang sepi.