Friday, January 30, 2009

adiksi

Jika dalam selang waktu sembilan bulan seorang ibu bisa melahirkan nafas kehidupan baru bagi ananda tercinta, begitu pula dengan yang hati ciptakan. Tidak hanya terlahir, bahkan tumbuh kembangnya pun sejalan dengan anak manusia. Menakjubkan.

Perlahan.

Pasti.

Semakin terlalu.

Berawal dari sebuah rasa nyaman. Lalu merangkak menjadi sejumput sayang yang berangsur ditumbuhi bunga-bunga tak ingin berjauhan. Kemudian berjalan hingga dapat mengucap rindu. Sampai akhirnya kokoh berpijak dan melangkah pada setapak yang dinamakan cinta. Begitulah sekiranya napak tilas hati. Dihari ini. Diwaktu ini. Dimana tak bersamamu menjadikan tiap sentimeter persegi raga ini memucat. Sakaw!

Sunday, January 18, 2009

kosong

Ramai.
Ruang ini terdengar gaduh.
Pun dinding enggan diam.
Berebut celoteh dengan gemericik air.
Tak bosan meminta perhatian.

Sepi.
Di dalam sini siapa tak ada.
Pun diri sendiri berkelana.
Hampa memonopoli jiwa yang rindu.
Tak berpeluh nantikan senyuman.

Monday, January 12, 2009

telepati hati

Terdengarkah?

*Aku mendesau pilu..

Aku rindu..

*Tahumu menjadi harapku..

Apa rasamu?

*Cinta kamu..

Dulu hingga waktu yang belum berlalu

*Sangat.. Selalu.. Terlalu..

Aku cinta..

*Pun juga rindu..

mimpiku.. aku menunggumu..

Janji telah terucap.
Harap kian membumbung tinggi.
Pesonakan hati dengan lamunan indahmu.
Bayang nikmat canduku.
Demimu aku rela menelan tunggu.

Hampir satu hari.
Senja mulai menggodaku.
Membasuh ceria dengan kelabu.
Menyusupkan benar yang tidak yakin benar
serta omong kosong yang terasa penuh berisi.
Tak menghirau tapi mendengar.
Tak percaya namun terpengaruh.
Limbung.

Dalam sunyinya diam.
Dipenuhi guratan sedu sedan.
Sembari meneguk larutan keresahan.
Hingga tinggal aku dan angin malam.
Aku masih menunggu.

Terbitnya indah bintangku.
Tersenyumnya cahaya bulanku.