Ketika pipiku merebah dibahumu dan lalu aku bertanya:
"Akankah ini selamanya?" sembari melepaskan lengan dari rengkuhmu agar dapat kutatap mata sayu itu.
Saat itu dirimu memang tidaklah memalingkan muka, tapi aku melihat kegugupan disorot matamu.
Ah ya. Ternyata kau meragu.
Terbata dirimu berujar, "Y..ya.."
Menghela nafasku kemudian. Hmm.. Sudahlah. Tak perlu dirimu berpura. Hentikan semua omong kosong ini. Jangan pernah mengatakan sesuatu yang tidak kau sungguhi. Karena lambat laun segalanya pasti akan terungkap.
Lalu buat apa mengulur waktu?
Kalau sekarang ataupun nanti tak berbeda sakit.
"Aku sangat mencintaimu" Lanjutku memecah keheningan.
Sedetik berikutnya dirimu berpaling dan menatap hampa kepekatnya langit. "Aku juga"
Lagi-lagi miskinnya kesungguhan hadir dalam ucapanmu.
Dirimu juga apa?!
Mencintai dirimu sendiri kah??!!
"Tapi aku memutuskan untuk meninggalkanmu" sambungku.
"Mengapa begitu?" sahutmu terkejut.
"Mengapa tidak?"
Dan aku pun berlalu. Tanpa maaf yang kupinta. Menyisakan segudang tanya yang mungkin saja bergejolak dalam hatimu.
Biarlah, kali ini tak ada lagi satu.
No comments:
Post a Comment