Thursday, October 2, 2008

seperti apa cintamu?

Cinta. Apa arti sebuah cinta? Bagi kebanyakan orang, bagi pembaca posting ini, bagi saya juga tentunya. Saya tidak sedang mempertanyakan atau meragukan kekuatan cinta. Sama sekali tidak. Saya termasuk salah satu dari sekian orang yang percaya dengan adanya cinta. Kehadiran cinta. Dan ini tidaklah main-main.


Namun, apa sebenarnya cinta itu? Rasa yang seperti apa?
Apakah hanya sekadar menyayangi seseorang dengan seluruh jiwa dan raga? Bersedia mati untuk dirinya. Memenuhi segala kebutuhannya. Melindungi dirinya. Janji setia sehidup semati. Menerima seseorang dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Mengatakan ”i love you” jutaan kali kepada dirinya. Menatap matanya dengan teduh dan penuh hasrat. Atau jangan-jangan, malahan rasa dimana memiliki dirinya atau tidak bukanlah menjadi soal melainkan hanya gairah memberi yang tak kunjung padam?


Bagaimana sebenarnya cinta? Sebab rasanya saya mulai tersesat dalam telaga cinta itu sendiri.
Terus terang, saya tidak banyak pernah jatuh cinta. Hanya beberapa kali saja dan untuk keseluruhannya, saya tak pernah bisa memiliki orang yang saya cintai. Menyedihkan? Akan terdengar seperti itu memang. (Untuk hal tersebut saya sudah melalui perenungan yang panjang)

Meski demikian cinta saya tidaklah pernah main-main. Satu hal yang paling penting, ketika saya sudah mencintai seseorang maka hal lain tidaklah menjadi berarti lagi selain dirinya. Tak masalah dengan segala kekurangannya. Apalagi dengan semua kelebihan yang dipunya. Seluruh dirinya, tanpa segala topeng, tanpa segala kemunafikan adalah lebih dari cukup.


Lantas, mengapa saya mempertanyakan cinta? Karena setiap orang memiliki definisi cinta yang berbeda dan saya ingin mengetahui pendapat orang lain mengenai cinta yang dirasakan.
Ada yang bersedia berbagi dengan saya?

2 comments:

blackblog said...

Sangat mendalam..
Sangat menghenyakkan..
Mengagumkan sekali sampai memikirkannya sedemikian rupa dan bisa berenang di keluasan itu tanpa terhanyut oleh deras arusnya pemikiran tentang "cinta" yang bisa bermuara di mana saja. Saya mencoba mengikuti arah dari tulisan ini, dan hasilnya, tiada lain selain menggaruk kepala yang tidak gatal dengan tatapan kosong yg bingung.
Saya hanya mampu melihatnya dari 2 sudut pandang, yang sampai sekarang tidak tahu titik terjauh dari jarak pandang saya sendiri sampai dimana. Pertama, cinta sebagai definisi penafsiran, ini sungguh luar biasa pendek jarak pandang saya, karena merupakan sebuah bidang yang terlalu luas bagi mata untuk memandang. Semua rasa yang masuk dalam beberapa katagori sekaligus, kasih sayang, pengorbanan, cemburu, ingin memiliki dan sebagainya banyak terdefinisikan sebagai cinta. Walaupun belum ada batasan minimal berapa rasa yang harus terkandung untuk terdefinisikan sebagai cinta. Ini juga setiap orang berbeda. Berikutnya, cinta sebagai kesimpulan diagnostik dari banyak gejala hati seperti, ingin bertemu, gelisah bila memikirkan seorang subjek, rasa panas bila melihat subjek berdekatan dan menikmati kebersamaan dengan orang lain, rasa ingin menerima hal negatif menggantikan si subjek, tidak bisa makan dan tidur sebelum mendapat kabar dari si subjek dan sebagainya. Berapa banyak gejala yang harus terasa untuk diagnosa "cinta" bisa keluar? Itu juga berbeda bagi masing-masing orang.
Dalam ketersesatan ini, akhirnya saya memutuskan untuk diri saya sendiri, bahwa cinta itu adalah bahasa hati saya yang sampai sekarang tidak bisa terucapkan secara verbal. Dalam ketersesatan in pula, saya ijinkan hati sepenuhnya menentukan mana cinta dan mana bukan. Mengenai berapa lama cinta, saya pikir hati yang hanya seoggok itu bisa menyebutkan dengan baik nama2 yang tergores di permukaannya, jiwa2 yang menghuni ruangnya, cahaya-cahaya yang menerangi angkasanya... sampai hati tidak lagi menjadi hati.

*Hati.. saatmu berbicara, silahkan..

ay said...

Ada saatnya hati diam dan enggan tetapi akan tiba waktunya ketika hati siap untuk bicara..

Tunggu saja..
^_^