Monday, November 3, 2008

surat pinta

Aku tahu.
Sedemikian rupa kau menjauhi aku dari hadap galau itu sembari berkutat dengan hatimu untuk selundupkannya ke dalam jurang misteri yang terdalam.
Tapi kau tahu.
Aku tak bisa membohongi diriku sendiri. Begitupula dirimu yang tak selalu bisa bersembunyi dengan baik dibalik bayang-bayang senyum khas milikmu.
Aku tahu ada sesuatu.
Bisakah kau katakan apa??

Aku tahu.
Kau belumlah sudi mengucap itu.
Aku mencoba mengerti.

Setengah jam berlalu dan aku masih mendapatkan tatap dan raut sama. Rasa yang terlihat gelisah. Ingin berujar namun tertahan oleh kelunya diri yang enggan peroleh reaksi.

Aku.
Tidak lagi bisa.
Tak lagi ingin menunggu apa.
Ayo segera katakan!
Jangan buat aku penasaran lebih lama dan lepaskan liarnya duga.

Hingga akhirnya merajuk pun tak lagi tinggal diam

Baiklah.
Kita sudahi saja.
Aku hentikan semua kesoktahuanku atas apa yang terasa di hati milikmu. Walau masih tersisa sedikit ganjalan dan tanya menggeliat pelan. Tapi aku tak ingin menyudutkanmu lebih lama lagi.

Satu hal yang hendaknya kau tahu. Reaksi yang menyembul bukanlah karena apa yang kau katakan namun lebih kepada penundaan yang terjadi.
Bukankah sebelum ini kau pernah berjanji bahwa akan mengatakan semua yang mengganggu hatimu bila ada kaitannya dengan hatiku??
Aku tak mengerti.
Kau tertular virus lupa yang begitu dahsyat atau aku yang salah menyerap makna perbincangan kita dahulu.
Atau mungkin, mendadak apa yang ada di depanmu kala itu tak lagi penting.
Atau justru kau ingin menyudahi semua ini namun tak tega dengan aku yang semakin terlihat ringkih.
Entahlah.
Hanya dirimu yang tahu.
Dan sudah kusebutkan tadi kalau aku tak ingin menyudutkanmu atas keingintahuanku yang tak mutu.

*Kalau boleh aku meminta.
Tolong.
Jangan lagi ada rahasia.
Jangan lagi mendusta hati.
Jangan lagi menyimpan tanya.
Jangan lagi ingkari janji.
Sebab hanya segelintir yang dapat dipercaya.
Dan kumasukkan kau menjadi salahsatunya.

2 comments:

blackblog said...

Maafkan aku..
Tidak lupa setiap kesepakatan yang kita buat,
Frasa yang kau pilih pun masih terngiang tanpa gema

Kenapa tiba2 aku merasa bodoh
berputar mencari kata-kata tepat untuk melepaskannya

Waktu..
yang telah benamkan aku dalam genangan keruh logika
yang telah memprovokasi tunda menjadi prasangka
sekali ini, tolong bersahabatlah denganku
dengan angkuhmu sekalah risaunya
dengan detak-lantangmu bisikkanlah ketenangan padanya
dengan konsistensi putarmu teguhkanlah dia

ay said...

sudah kuberi maafku bahkan sebelum kau menarik nafas untuk mengatakannya..

kau tidak bodoh..
barangkali hanya sedang menyangkal hati sendiri..

ah.. aku sok tahu lagi..