Berarak segala luka memohon untuk disembuhkan. Satu per satu berlutut mengiba. Memancarkan rasa ingin dikasihani. Rapuh. Belum lagi satu selesai terobati, berceloteh gaduh lainnya meminta penawar pilu. Bisakah bersabar? Sebab aku hanya punya satu hati. Jangan menyerbuku berbarengan seperti prajurit siap perang, sebab aku bukanlah musuhmu. Hati, bukanlah lawanmu. Sebab ia justru penyembuhmu. Jadi, tunggu. Tunggu hingga tiba giliranmu.
No comments:
Post a Comment