Baru saja saya menyadari. Ternyata telah lama berlalu.
Kembali saya melihat tatapan itu. Teduh menyirami hati. Menghembuskan aroma sayang ditengah kerontangnya jiwa. Melukiskan rasa cinta diatas coretan tak beraturan yang saya ciptakan dan kemudian lahirlah sebuah keindahan.
"Janganlah berhenti menatapku. Tetap terjaga. Kalau bisa, hingga tak lagi ada esok ataupun lusa. Hari ini pun cukup. Asalkan kau tetap ada.
Biarkan aku tuai segenap pancaran mata. Kalau mungkin, hingga tak ada lagi waktu yang meminta. Cukup berhenti sampai disini. Asalkan kau terus memelukku sendiri."
Baru saja saya mengerti. Telah lama saya tenggelam dalam pekatnya sebuah kesunyian yang tak lagi dapat bermuara karena terdiam. Tak kuasa maju mengalir. Kini, lautan hadir tepat diseberang sana. Menanti untuk melabuhkan semua.
"Mari." Ajakmu sembari meraih lalu menggenggam tanganku. "Akan kutemani dirimu hingga tiba disana." Kau lanjutkan dengan merengkuh tubuhku merapat.
"Maukah kau berjanji?" Tanyaku terbata.
"Apa?" Sahutmu sambil membelai helaian rambutku yang tak terikat sempurna.
"Tetap melihatku. Meski aku sudah berpaling. Teruskan menatapku. Meski hanya terlihat punggungku. Karena entah bagaimana, aku bisa merasakannya meski aku tak melihat keduanya."
Kau menghela nafasmu sejenak. Terhirup dalam olehku. "Baiklah."
Kau melepaskan genggamanmu. Lalu perlahan menautkan kelingking kananku dengan milikmu. Disertai sentakan lembut ibujari.
Dan kau pun mengecupku.
"Aku janji."
No comments:
Post a Comment