Berhenti!
Iya.
Aku mengaku.
Aku pun mendengarnya. Aku belum sepenuhnya tuli.
Jadi tak perlu diulangi lagi dan lagi dan lagi.
Iya.
Aku ingin melihatnya.
Tidak pura-pura buta. Atau memalingkan muka begitu saja kala bersua.
Jadi tak perlu memaksakan leherku hingga terasa sakit begini.
Iya.
Aku cinta.
Lantas apa?!
5 comments:
Iya.
Aku tahu.
Hanya ingin lebih memastikan saja.
Jadi tak perlu bingung mengira, kau akan sesesak ini tidak saat memikirkanku..
wow..ini hal yg baru, terkesan tegas..benarkan jika salah tapi disini terkesan dirimu tak memungkiri rasa namun dirimu masih menunggu apakah patut menyerahkan rasa untuknya..dan semuanya tergantung padanya..mampukah menunjukkan kalau dirinya pantas..
pemahamanku akan tulisanmu..
@ blackblog: masih tetap ingin mendengarnya, selalu.. masih tetap ingin melihatnya, setiap saat..
@ anonim: maaf.. sayangnya tidak demikian pemahamanku..
Baiklah,
Kau hanya perlu menutup inderamu,
karena akan menghalangi hatiku yang hanya bisa berbicara terbata,
Iya,
terbata.. bukan racau,
hanya ingin selalu menekankan pada setiap bunyi yg dikeluarkan, sakral.. Dieja bahkan..
Masih belum terdengarkah
@ Blackblog:
Sudah.
Hanya manja ingin ditemani ditiap waktu yang terlewati.
Selalu.
Hanya egois ingin memonopoli hatimu kadang menulikan mata dan membutakan telinga hingga mematikan peka hati.
Post a Comment